Jumat, 15 Januari 2016

PERAN PERUBAHAN ZAMAN TERHADAP PERKEMBANGAN KULTUR BUDAYA NGAROT MELALUI MODERENISASI



    oleh : Dwi Ikhwatun Nissa


A.    JUDUL
PERAN PERUBAHAN ZAMAN TERHADAP PERKEMBANGAN KULTUR BUDAYA NGAROT MELALUI MODERENISASI

B.     ABSTRAK
Perkembangan zaman yang pesat memungkinkan manusia untuk berbuat sedemikian rupa dalam hal apapun yang dikhendeki, budaya pun dipengaruhi oleh perkembangan zaman melalui moderenisasi. di jurnal ini akan dibahas tentang pengertian perubahan zaman, sejarah budaya ngarot, pengertian budaya dan pengaruh perkembangan zaman terhadap kultur budaya ngarot.
C.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya.Tidak sedikit dari kebudayaan tersebut yang sudah dilupakan oleh masyarakatnya. Namun, masih ada pula kebudayaan yang masih dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat secara turun temurun dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah  budaya ngarot di indramayu merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan di desa lelea- indramayu, namun sejak beberapa tahun terakhir ada beberapa penambahan acara dalam tradisi ngarot seperti diadakannya pementasan band dan kekeliruan makna dari adanya arak-arakkan gadis perawan dan pemuda desa. Untuk itu penulis ingin mengkaji seberapa besar pengaruh moderenisasi terhadap budaya ngarot di wilayah indramayu.
2.      Rumusan Masalah
Moderenisasai erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan budaya, perubahan zaman sedikit demi sedikit dapat mengubah kesakralan dari suatu adat sperti budaya ngarot yang dipertanyakan makna sesungguhnya, mengapa bunga yang diatas kepala gadis perawan diganti dengan bunga pelastik, mengapa ada penambahan acara pementasan band di dalam tradisi, apakah semuanya dipengaruhi oleh moderenisasi?. di jurnal akan dikaji semuanya.

D.    BAHAN DAN METODE
Ngarot merupakan upacara adat sekaligus ajang mencari jodoh bagi masyarakat Lelea, Indramayu. Upacara ini selalu digelar pada bulan Desember. Setiap upacara digelar, para gadis dan pemuda berpakaian unik. Lalu berpawai mengelilingi desa. Akan tetapi, jangan coba-coba kaum janda /duda, gadis tak perawan atau pemuda tak perjaka ikut Ngarot. Konon ia bisa kena tulah, berupa aib yang memalukan. Benarkah? Bukan kah pawai mengelilingi desa sebagai bentuk dari persiapan para pemuda yang menandakan bahwa ia sudah baligh dan akan melanjutkan pekerjaan orang tuanya untuk bekerja di sawah dan di kebun sambil membawa cangkul, lalu bagaimana makna untuk saling mencari jodoh itu mencuat? Apa karena pengaruh zaman.
E.     HASIL
Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh bahwa masyarakat desa lelea yang berusia sekitar 25 tahun ke atas mengetahui makna yang sesungguhnya dari diadakannya pawai pemuda dan pemudi desa lelea yang keliling desa dan membenarkan bahwa jika bunga yang diatas kepala perempuan layu, maka itu bertanda bahwa perempuan itu tidak perawan lagi.
Sedangkan bagi usia di bawah 25 tahun tidak mengetahui arti yang sebenarnya dari acara pawai pemuda- pemudi mereka menganggap bahwa itu adalah ajang pencarian jodoh, dari hasil itu menandakan bahwa pergeseran makna dalam budaya ngarot sudah mulai bergeser, anak muda sebagai pewaris adat tentunya harus diberi pengarahan tentang tujuan ngarot yang sebenarnya supaya tidak ada perselisihan makna antara kaum muda dengan kaum tua.
F.     PEMBAHASAN
a.       Peranan Moderenisasi Terhadap Budaya ngarot
Perkembanga zaman yang semakin membawa kita pada perubahan yang mengarah modern tentu mempunyai dampak positif maupun negatif, tak heran jika pada setiap sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Bahasa Indramayu di muat dalam muatan lokal. Tujuannya adalah untuk mempelajari bahasa indramayu (bahasa krama) dan juga untuk mengenalkan budaya-budaya yang ada di indramayu.
Ngarot sendiri mulai mengalami perubahan, semula saat pawai di acara ngarot para perempuan menggunakan bunga sungguhan, tapi sekarang menggunakan bunnga plastik, karena akibat dari maraknya pergaulan bebas sehingga para perempuan tidak jarang yang sudaah melepas perawan di usianya yang remaja, hubungannya dengan bunga pada ngarot yaitu jika perempuan yang sudaah tidak perawan lagi maka bunga yang ada di atas kepalanya akan layu dan jika itu terjaadi maka para remajaperempuan akan malu dan mencoreng nama baik keluaraga, karena itu bunga yang ada di atas kepala diganti dengan bunga plastik supaya tidak layu.
Hanya ada upacara adat dan tari topeng tetapi sekarang? Sekarang ini, muda-mudi yang menyukai band juga di ikutsertakan di dalam ngarot, pasalnya hampir sebagian besar muda-mudi indramayu menyukai band, sehingga ketika pertunjukan tari topeng di gelar berbarengan dengan pertunjukan band, hanya beberapa anak muda yang melihat tari topeng sebagian yang lainnya adalah orang tua dan anak kecil, ini membuktikan bahwa semakin melunturnya rasa cinta terhadap budaya daerah yang seharusnya kita jaga dan lestarikan. 
b.      Ngarot Salah Satu Simbol Budaya Indramayu
Indramayu memiliki beberapa budaya yang khas, yang tidak di miliki oleh daerah lain salah satunya adalah “NGAROT”. Budaya ini yang harus di jaga dan di lestarikan, sehingga budaya ini akan tetap ada sampai nanti. Ngarot adalah salah satu budaya yang ada di indramayu yang sampai sekarang masih ada dan melekat pada masyarakat yang ada di dalamnya. Ngarot ini terdapat pada masyarakat di kecamatan Lelea kabupaten Indramayu. Pada awalnya ngarot ini merupakan suatu pesta adat sebagai bentuk rasa syukur atas panen padi yang di peroleh, tetapi seiring perkembangan zaman pada saat ini, ngarot bukan saja merupakan bentuk rasa syukur atas berhasilnya panen padi pada masyarakat indramayu tetapi juga sebagai hiburan. Hiburan di sini tidak lepas dari bentuk kebudayaan yang ada. Biasanya ngarot di adakan pada bulan desember, tepat dengan panen padi masyarakat setempat. Hal yang paling menarik pada kebudayaan ngarot ini adalah pada upacara adatnya, dimana para gadis-gadis yang masih perawan dan perjaka-perjaka di kumpulkan, kemudian di arak keliling desa dengan kostum yang telah di tentukan. Biasanya para gadis-gadis perawan ini mengenakan kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang warna hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang. Konon katanya apabila gadis yang sudah tidak perawan atau janda yang memaksakan untuk ikut upacara ngarot (keliling desa) maka bunga melati yang ada di kepalanya itu akan cepat layu dan akan mendapat malapetaka, dan sampai sekarang mitos tersebut masih di percayai masyarakat setempat. Percaya atau tidak itu tergantung penafsiran masing-masing, tapi masyarakat setempat masih mempercayai hal tersebut.
Di dalam adat ngarot bukan hanya ada upacara adat, tetapi ada pertunjukan-pertunjukan yang sangat menarik, salah satunya adalah tari topeng. Tari topeng ini juga merupakan budaya yang harus di lestarikan, karena semakin mengacu pada modernisasi terkadang melupakan kebudayaannya sendiri. Seperti contohnya musik-musik band yang banyak di sukai oleh muda-mudi di indramayu, sehingga cenderung melupakan kesenian yang ada di daerahnya, misalnya saja tarlingan. Tarlingan adalah salah satu bentuk hiburan yang ada di daerah indramayu, biasaya tarlingan/tarling ini dapat di jumpai pada acara-acara pernikahan, khitanan atau bisa juga pada acara-acara tertentu

c.       Sejarah Budaya Ngarot
Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai "pesta mencari jodoh" seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat para petani untuk mengawali menggarap sawah. Serta sebagai pembelajaran regenerasi petani.
Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), panen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.
Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.Dihin dari Janda-Duda Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di halaman rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju halaman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan kacamata dan kepalanya penuh ditaburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.
Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang warna hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang.
Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hadapan dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradisional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepandang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta.
Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya. Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri.
d.      Pelaksanaan Acara Adat Ngarot di Desa Lelea
Adat Ngarot adalah upacara tradisional masyarakat yang dikenal hanya dari desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Upacara adat Ngarot juga tidak hanya di desa Lelea tetapi juga ada di desa tetangganya seperti di desa Tamansari, desa Tunggulpayung dan desa Jambak.
e.       Makna yang Terkandung dalam Acara Ngarot
Upacara adat ngarot ini dimulai pada pagi hari pukul 8.30 WIB, setelah para peserta berkumpul di halaman rumah Kepala Desa Lalea. Berbagai peserta dan perangkat kegiatan, seperti muda mudi, kepala desa, pamong desa, wakil lembaga desa, seniman dan para wisatawan turut hadir untuk memeriahkan kegiatan tersebut.
Setiap peserta yang mengikuti upacara adat ngarot, diwajibkan untuk menggenakan pakaian khas yang menjadi simbol dari masyarakat agraris. Remaja putri mengenakan busana kebaya berselendang yang dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, dan hiasan rambut yang terdiri dari rangkaian bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati, dan kertas. Sedangkan remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana komboran atau longgar berwarna hitam yang dilengkapi dengan ikat kepala.
Simbol pada pakaian kebaya dan komboran yang dikenakan oleh para peserta tersebut, memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani. Sementara selendang yang digunakan oleh remaja putri, mengandung pesan bahwa mereka harus selalu menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik. Selain itu, aksesoris yang digunakan pun mempunyai makna tertentu. Pada bunga kenanga misalnya, pesan yang terkandung didalamnya adalah agar remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Sedangkan simbol pada aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, dan ikat kepala yang digunakan oleh remaja putra mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus mampu melindungi serta mengayomi keluarga dan masyarakat.

G.    KESIMPULAN
Tradisi ngarot adalah tradisi yang di laksanakan oleh masyarakat Lelea pada saat menyongsong musim tanam padi. Tradisi ngarot dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen yang melimpah dan sebagai saranauntuk regenerasi petani, tradisi ngarot di ikuti putra-putri daerah. Namun, karena berbagai faktor minat serta nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ngarot itu memudar. Serta para orang tua tidak menjelaskan atau memberitahu tentang makna sesunguhnyadari tradisi ngarot.
H.    SARAN
Sebagai penerus generasi muda kita harus tetap melestarikan budaya ngarot dengan ikut berpartisipasi dalam acara ngarot, karena kita sebagai generasi muda merupakan pewaris budaya sehingga budaya ngarot tetap ada dan tidak dimakan oleh perkembangan zaman agar tradisi ngarot tidak diklaim oleh negara lain.





















DAFTAR PUSTAKA

retna, indra. 2014. “budaya ngarot”. (online) http://www.tosupedia.com/2014/11/makna-yang-terkandung-dalam-acara-adat.html(30 desember 2015).
arzety, susy. 2014. “tradisi ngarot”. (online) http://susyarzettynm.blogspot.co.id/2014/11/asal-usul-tradisi-ngarot.html  (30 Desember 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar