Pemanasan Global (global warming)
oleh: Alfian Setiawan
A.
Abstraksi
Pemanasan
global (global warming)
Adalah suatu proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.Suhu rata-rata
global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °c (1.33 ± 0.32 °f)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental panel on climate change (ipcc)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek
rumah kaca.
Pemanasan global semakin
terasa dan dampaknya semakin kesini semakin nyata perlu adannya penanggulangan
dengan penanaman pohon untuk menghilangkan gas karbon di udara. Karena pohon
menyerap gas karbon dioksida dalam udara. Pemanasan global juga sagat erat
kaitannya dengan kebiasaan buruk manusia yang mencemari udara.
B.
Pendahuluan
Pemanasan Global atau dalam
bahasa inggris Global Warming, semakin lama dampaknya semakin terasa, semakin
lama dampaknya semakin terasa hingga saat ini tidak sedikit orang yang mengeluh
tentang semakin panasnya bumi dan cuaca menjadi tidak menentu, itu adalah salah
satu dari dampak pemanasan global namun masih sedikit orang yang menyadari
pentingnya menanggulangi masalah yang serius ini.Iklim mulai tidak stabil,
gangguan ekologis dan gangguan sosial politik merupakan dampak dari terjadinnya
pemanasan global. Penyebab dari pemanasan global yaitu efek rumah kaca, polusi
udara dan masih banyak lagi. Menghilangkan gas karbon dengan cara menanam dan
memelihara pohon akan menanggulangi dampak dari pemanasan global.
C.
Kajian pustaka
Pemanasan
global (global warming)
Adalah suatu proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.Suhu rata-rata
global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °c (1.33 ± 0.32 °f)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental panel on climate change (ipcc)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek
rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara g8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwanyang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
ipcc tersebut.
Model iklim yang dijadikan
acuan oleh projek ipcc menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °c(2.0 hingga 11.5 °f) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian
besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun
walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.ini mencerminkan besarnya
kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu
global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang
masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan
akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai
apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan
pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi
yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah
menandatangani dan meratifikasi protokol kyoto, yang mengarah pada pengurangan
emisi gas-gas rumah kaca.
D.
Analisis data
Penyebab
pemanasan global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber
energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini tiba permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi.
Permukaan bumi,
akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari
panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet
ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °c (59 °f),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °c (59 °f) dari suhunya semula, jika tidak
ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °c sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan
global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya.
Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti co2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah
uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat
gas co2 sendiri. (walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut
di udara,kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun
karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena co2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik
karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas,
awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek
netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail
ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam
model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam laporan
pandangan ipcc ke empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam laporan pandanganipcc
ke empat.
Umpan balik penting lainnya
adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global
meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus
meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di
bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan
cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap
lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif
akibat terlepasnya co2 dan ch4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas ch4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan
untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap
karbon yang rendah.
3. Variasi matahari
Variasi matahari selama 30
tahun terakhir terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari,
dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan
pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akanmendinginkanstratosfer.
Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan
terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.
Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan
tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi matahari
dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil
penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah diabaikan
dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari duke university memperkirakan bahwa
matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata
global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.
Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat
ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan
dengan pengaruh matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari
debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim
ilmuwan dari amerika serikat, jerman dan swiss menyatakan bahwa mereka tidak
menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" darimatahari pada
seribu tahun terakhir ini. Siklus matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar
0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek
ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah
penelitian oleh lockwood dan fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Mengukur pemanasan global
Hasil pengukuran konsentrasi
co2 di mauna loa pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan
bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti
yang bekerja pada program penelitian global yaitu international geophysical
year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung mauna loa di hawai.
Hasil pengukurannya
menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dariatmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari
gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga
telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak
mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu
kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan
kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit
dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan),
serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,
terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan.
Data-data yang
lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan bumi
benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh
tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan
tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam laporan yang
dikeluarkannya tahun 2001, intergovernmental panel on climate change (ipcc)
menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat celsius (1
derajat fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca keatmosfer. Ipcc memprediksi
peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °c (2.0 hingga
11.5 °f) antara tahun 1990 dan 2100.
Ipcc panel juga
memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi
sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di
atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya
kembali.
Jika emisi gas rumah kaca
terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer
dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan
masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa
kali sepanjang sejarah bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko
populasi yang sangat besar.
4. Model iklim
Perhitungan pemanasan global
pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario sres a2, yang
mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi. Para
ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer
berdasarkan prinsip-prinsip dasardinamika fluida, transfer radiasi, dan
proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan
kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas
rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan
asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa
depan,sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan
unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan
iklim, ipccmemperkirakan pemanasan sekitar 1.1°c hingga 6.4°c (2.0°f hingga
11.5°f) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model iklim juga digunakan untuk
menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan
membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap
berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini
menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil
pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek
dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang
terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau
aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun
1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model
iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan
skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari laporan khusus terhadap
skenario emisi (special report on emissions scenarios/sres) ipcc. Yang jarang
dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon;
yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih
belum pasti (untuk skenario a2 sres, respon bervariasi antara penambahan 20 dan
200 ppm co2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
Pengaruh awan juga merupakan
salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang
dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan
masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah
model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari
variasi matahari.
5. Dampak pemanasan global
Para ilmuwan
menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer
untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuwantelah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan
liar dan kesehatanmanusia.
6. Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan
bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dari belahan bumi utara
(northern hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan
menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan
atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari
kembali keangkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat
siklus air).
Kelembapan yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata
muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan
juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut
di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20,
dan para ilmuwan ipcc memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35
inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan
sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6 persen daerah belanda, 17,5 persen daerah bangladesh, dan
banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit
kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50
cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di amerika
serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari everglades, florida.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan
bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya,
tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian selatan kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam.
Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian afrika mungkin tidak dapat
tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung
yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa
tanam.Tanaman pangan dan hutandapat mengalami serangan serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
7. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi
makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian
besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah
arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat.
Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara
cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
8. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan
dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas
(heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es dikutub
utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat
memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti
meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak.
Dengan adanya perubahan
iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq aedes aegypti), virus,
bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target
nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada
beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini.
Hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
seperti ispa (kemarau panjang/kebakaran hutan,dbd kaitan dengan musim hujan
tidak menentu)
Gradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran
limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne
disease.
Ditambah pula dengan polusi
udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma,
alergi,coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
9. Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total
bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada
yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat
ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk
mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang
parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti amerika serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih
dingin.
Ada dua pendekatan utama
untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon
dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua,
mengurangi produksi gas rumah kaca.
10. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan.
Di banyak area, tanaman yang
tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika
diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan
rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan
kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida
juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak
bumi keluar ke permukaan (lihat enhanced oil recovery). Injeksi juga bisa
dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak,
lapisanbatubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan
pengeboran lepas pantai norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alamditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer
sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber
penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan
bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad
ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian
digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20,
energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren
penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah
mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan
karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila
dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian,
penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan
karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan
keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida
sama sekali.
11. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional
diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992,
pada earth summit di rio de janeiro, brazil, 150 negara berikrar untuk
menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini
dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di jepang, 160 negara merumuskan
persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan protokol kyoto.
Perjanjian ini, yang belum
diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang
persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong
emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990.
Pengurangan ini harus dapat
dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, amerika serikatmengajukan diri
untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi
hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; uni eropa, yang menginginkan perjanjian
yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan jepang 6 persen. Sisa 122 negara
lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen
dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun
2001, presiden amerika serikat yang baru terpilih, George w. Bush mengumumkan
bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang
sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak
dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini.
Protokol kyoto
tidak berpengaruh apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab
menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya.
Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004,
presiden rusia vladimir putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan
untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 februari 2005.
Banyak orang
mengkritik protokol kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini
dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan
nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian
ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang
protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat.
Penolakan terhadap
perjanjian ini di amerika serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak,
industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung
pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang
diperlukan untuk melaksanakan protokol kyoto dapat menjapai 300 miliar dollar
as, terutama disebabkan oleh biaya energi.
Sebaliknya
pendukungprotokol kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88
miliar dollar as dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk
penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri
yang lebih effisien.
Pada suatu negara
dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun
berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisikarbon
dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, belanda, negara industrialis
besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam
polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon
dioksida.
Setelah tahun 1997,
para perwakilan dari penandatangan protokol kyoto bertemu secara reguler untuk
menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan
pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah
kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki
program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak
polusi yang tidak digunakan ke negara lain.
Sistem ini disebut
perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi
hasilnya, seperti belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat
diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang
memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi
rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi.
Karena kemudian rusia
berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada
dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya,
terutama mereka yang ada di uni eropa.
E. Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar