PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DI
INDONESIA
oleh : Ika Novita
ABSTRAK
Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan
dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri.
Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
sekunder. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks
daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah
merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa-bahasa itu
berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari
bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya
sebagai alat komunikasi utama. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu berubah
bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain. bahasa indonesia saat ini berasal
dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa
dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa Indonesia. Negara
Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak yaitu, 583 bahasa
dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di
Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah
dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Berikut ini
adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Indonesia.
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang
digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, bahasa Jawa
merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di Indonesia, khususnya di daerah Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah
bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa. Bahasa
Jawa juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan
dan dijaga karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari
Pulau Jawa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki
fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan
(3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah Bahasa Jawa
memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, generasi
muda suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan
tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan
bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari
tata krama dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya.
- PENDAHULUAN
Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari,
salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa
Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa
Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia
tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis
menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan
pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan
teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih
terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara
terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau
bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal,
bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja,
bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat
memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan
kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus
ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi,
maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan
tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa
Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia
di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,
yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana
berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika
cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena
bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Hasil pendayagunaan daya
nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah
pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai
wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat
modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya
sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Rumusan Masalah
- Apa yang di maksud bahasa?
- Bagaimana fungsi dari bahasa ?
- Apakah bahasa itu beraneka ragam ?
- Bahasa daerah mana yg memiliki jumlah pemakai terbanyak di Indonesia ?
Tujuan Masalah
- untuk mengetahui pengertian bahasa
- untuk memahami fungsi bahasa
- mengetahui keaneka ragaman bahasa
- mengetahui dan memahami bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia.
B.
KAJIAN PUSTAKA
Definisi Bahasa
Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa, Fungsi Bahasa adalah
pemahaman dasar dalam memahami bahasa. Dalam memahami Bahasa Indonesia, kita
juga perlu memahami hal-hal tersebut, sehingga pemahaman kita dalam memahami
bahasa Indonesia, bisa lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan dengan baik.
Definisi Bahasa : Bahasa adalah suatu sistem dari lambang
bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi,
kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer,
sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa
bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa
dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara
tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi
gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula
bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung
banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan
kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa
haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya
sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambang.
Fungsi
Bahasa
Fungsi
bahasa dalam kehidupan sehari-hari :
Ø Alat untuk Ekspresi Diri
Ø Alat untuk Komunikasi
Ø Alat untuk Adaptasi Sosial
Ø Alat untuk berkomunikasi dengan
sesama manusia
Ø Alat untuk bekerja sama dengan
sesama manusia
Ø Alat untuk mengidentifikasi diri
Ø Alat control sosial dan integrasi
(penyatuan)
Ø Alat ekspresi diri
Ø Alat untuk berpikir
Ragam
Bahasa
Macam
dan jenis ragam bahasa:
1.
Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,
jurnalistik, dsb.
2.
Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden
soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3.
Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg
bahasa madura, medan, sunda, dll.
4.
Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang
akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5.
Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6.
Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam
berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan
bicara atau target komunikasi.
Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah
satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan
permanen oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Bahasa bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak
statis. Bahasa-bahasa itu berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan
mencuri kata-kata dari bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika
masyarakat menuturkannya sebagai alat komunikasi utama. Ketika tidak ada lagi
masyarakat penutur asli suatu bahasa disebut bahasa mati atau punah, meskipun
masih ada sedikit penutur asli yang menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi
menjadi penutur bahasa tersebut.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa
punah ketika bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang
indonesia kini boleh jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di
indonesia awal abad ke-20. Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa
melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan
bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa
indonesia makin berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan
bahasa melayu akan punah.
Karena
pengaruh globalisasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap
bahasa indonesia itu :
*
Tidak gaul.
*
Terlalu formal.
Rapuhnya
bahasa indonesia disebabkan :
*
Tergerus arus globalisasi.
*
Kemungkinan banyak oran yang tidak menyukai peraturan bahasa indonesia.
*
Tidak adanya relasi masyarakat dengan pemerintah tentang pembudidayaan.
Selain bahasa asing, bahasa daerah juga memberi pengaruh
pada perkembangan bahasa indonesia. Karena bahasa indonesia mungkin dianggap
terlalu formal untuk dipakai sehair-hari. Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing
menyerap kedalam bahasa indonesia. Sebagai bahasa yang terbuka, bahasa
indonesia harus luwes menerima unsur bahasa lain. Bahasa indonesia mengenal dua
macam serapan yakni :
*
Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia.
*
Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah
bahasa indonesia.
Ragam
dari segi sudut pandangan bidang atau pokok persoalan :
Ragam
Bahasa Bisnis
Ragam
bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa
digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Ciri-ciri
ragam bahasa bisnis :
a.
Menggunakan bahasa yang komunikatif.
b.
Bahasanya cenderung resmi.
c.
Terikat ruang dan waktu.
d.
Membutuhkan adanya orang lain.
Ragam
Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak
penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai
karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah
memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Ciri-ciri
ragam bahasa hukum :
- Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
- Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
- Objektif dan menekan prasangka pribadi.
- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
- Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi.
Ragam
Bahasa Fungsional
Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
Ragam
Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak
menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui
rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ciri-ciri
ragam bahasa sastra :
a.
Menggunakan kalimat yang tidak efektif
b.
Menggunakan kata-kata yang tidak baku
c.
Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi
Ragam
Menurut Sarananya :
Ragam
Bahasa Lisan
Adalah
ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam
lisan yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
- Ragam bahasa pidato adalah ragam bahasa yang digunakan saat membacakan pidato dimuka umum.Biasanya pidato berisi penegasan kalimat untuk bias diterima si pendengar.
- Ragam bahasa kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat kuliah yaitu pada saat pembelajaran antar mahasiswa dan dosennya.
- Ragam bahasa panggung adalah ragam bahasa yang digunakan seseorang saat dpanggung ketika mengsi acara hiburan lain agar bias diterima penonton.
Ciri-ciri
ragam bahasa lisan :
a.
Memerlukan kehadiran orang lain
b.
Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c.
Terikat ruang dan waktu
d.
Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Kelebihan
ragam bahasa lisan :
- Dapat disesuaikan dengan situasi.
- Faktor efisiensi.
- Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
- Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
- Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
- Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.
Kelemahan
ragam bahasa lisan :
- Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
- Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
- Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
- Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
Ragam
Bahasa Tulis
Adalah
ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu
sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan
kosakata.
Ragam
tulis yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang dilakukan mengenai teknis atau cara penulisan yang dicontohkan misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
- Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa yang mnggunakan komunikasi yang resmi.
- Ragam bahasa catatan adalah ragam bahasa yang singkat yang diperuntukkan untuk pengingat sesuatu.
- Ragam bahasa surat adalah ragam bahsa yang dituliskan pada sehelai kertas yang biasanya diberitahukan mengenai kabar atau sejenisnya yang berfungsi untuk memberikan informasi.
Ciri-ciri
ragam bahasa tulis :
a.
Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
b.
Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c.
Tidak terikat ruang dan waktu
d.
Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan
ragam bahasa tulis :
a.
Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi
yang menarik dan menyenangkan.
b.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d.
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan
ragam bahasa tulis :
a.
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan
nilai jual.
c.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Ragam
Bahasa Berdasarkan Penutur
1.
Ragam
daerah disebut (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang
tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa
Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak
padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada
pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.
Ragam
pendidikan adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan
kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video,
film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan
pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi
dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya
mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang
seharusnya dipakai.
Contoh:
1.
Isma mau nulis surat cinta - Isma mau menulis surat cinta
2.
Saya akan ceritakan tentang Kancil - Saya akan menceritakan tentang Kancil.
Ragam
bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan)
sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.
Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan
kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau
bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Menurut Ciri Situasi Keidiologisan: Ragam Tinggi (Bahasa Indonesia yang
baku/ragam ilmiah)
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia,
baik secara lisan maupun tulisan, digunakan berbagai bahasa daerah termasuk
dialeknya, bahasa Indonesia, dan/atau bahasa asing. Bahkan, dalam situasi
tertentu, seperti dalam keluarga perkawinan campuran digunakan pula bahasa yang
bersifat campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau
kedua bahasa ibu pasangan perkawinan campuran itu. Dalam situasi kebahasaan
seperti itu, timbul berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan
keperluannya, baik secara lisan maupun tulisan. Timbulnya ragam bahasa tersebut
disebabkan oleh latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan bahasa para
pemakainya itu. Yang dimaksud dengan ragam atau variasi bahasa adalah bentuk
atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri
linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic,
misalnya, lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan
lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.
- ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bahasa Daerah Dengan Jumlah Pemakai Terbanyak Di Indonesia
Negara
Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak yaitu, 583 bahasa
dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di
Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah
dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Berikut ini
adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Indonesia.
1. Bahasa Jawa (84.300.000 jiwa)
Bahasa
Jawa dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian tengah
dan timur. Namun, di pulau-pulau yang lainnya juga terdapat penutur bahasa
Jawa. Bahkan di luar negeri pun juga terdapat penutur-penutur bahasa Jawa, di
antaranya negara Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura. Bahasa Jawa
memiliki beberapa tingkatan, seperti Ngoko, Madya, dan Krama.
Menurut
data sensus tahun 2000, penutur bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak 84
juta jiwa lebih.Bahasa Jawa memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek
Banten, Banyumas, Blora, Brebes, Bumiayu, Cirebon, Kedu, Madiun, Malang,
Pantura Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), Pantura Jawa Timur (Tuban,
Bojonegoro) Pekalongan, Semarang, Serang, Surabaya,Surakarta,Suriname,danTegal.
2. Bahasa Sunda (34.000.000 jiwa)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat
Indonesia terutama di pulau Jawa bagian barat. Bahasa ini tidak hanya
dituturkan di daerah Jawa bagian Barat, namun juga dituturkan di berbagai pulau
di Indonesia oleh warga Sunda yang migrasi ke tempat tersebut. Bahasa Sunda
juga dituturkan di luar negeri terutama di daerah yang menjadi tempat migrasi
warga Sunda.
Menurut data sensus tahun 2000 bahasa
Sunda dituturkan oleh 34 juta jiwa.Bahasa Sunda memiliki beberapa dialek, di
antaranya dialek barat (Banten Selatan), dialek utara (Bogor, dan sekitarnya),
dialek selatan/dialek Priangan (Bandung dan sekitarnya, dialek tengah timur (Majalengka
dan sekitarnya), dialek timur laut (Kuningan dan sekitarnya), dialek tenggara
(Ciamis dan sekitarnya).
3. Bahasa Madura (13.600.000 jiwa)
Bahasa Madura dituturkan oleh masyarakat
Indonesia terutama di pulau Madura dan kawasan pantai utara Jawa Timur (Probolinggo
dan sekitarnya). Bahasa Madura juga banyak dituturkan di Surabaya dan
sekitarnya, Malang dan sekitarnya, kepulauan Masalembo, hingga Kalimantan.
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa, dan
sebagainya. Banyak pula kata-kata dari bahasa ini yang berakar pada bahasa
Melayu, bahkan sampai bahasa Minangkabau. Namun tentunya dengan pelafalan yang
berbeda. Bahas Madura memiliki pelafalan yang unik, sehingga orang luar Madura
akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya.
Menurut data sensus tahun 2000, penutur
bahasa Madura sekitar 13 juta jiwa.Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, di
antaranya dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Dialek
yang lainnya merupakan dialek rural yang telah tercampur dengan dialek-dialek
dari bahasa lainnya.
4. Bahasa Minangkabau (5.530.000 jiwa)
Bahasa Minangkabau dituturkan oleh
masyarakat di provinsi Sumatera Barat, bagian barat Riau, dan Negeri Sembilan,
Malaysia. Selain itu juga terdapat di berbagai daerah, karena orang Minangkabau
banyak yang merantau ke luar daerahnya.
Menurut sensus tahun 2007, bahasa
Minangkabau dituturkan oleh sedikitnya 5 juta jiwa.Negara Indonesia adalah
negara dengan bahasa daerah terbanyak yaitu, 583 bahasa dan dialek dari
67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Bahasa
nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai
terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Bahasa Minangkabau memiliki banyak
sekali dialek, di antaranya bahasa Minangkabau Baku (dialek Padang),
Mandahiling Kuti Anyie, Padang Panjang, Pariaman, Ludai, Sungai Batang, Kurai,
Kuranji, Salimpaung Batusangkar, dan Rao-Rao Batusangkar.
5.
Bahasa Musi (3.930.000 jiwa)
Bahasa Musi adalah bahasa yang
dituturkan oleh masyarakat di sepanjang hulu dan hilir sungai Musi, Provinsi
Sumatera Selatan. Bahasa Musi juga dikenal sebagai bahasa Sekayu dan bahasa
Palembang. Penutur bahasa ini menurut sensus tahun 2000 adalah 3,9 juta jiwa.
Bahasa Musi memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Pegagan, Musi Sekayu, Penukal, Kelingi, Rawas; Palembang, Palembang Lama, Meranjat, Penesak, Belide, Burai, dan Lematang Ilir.
Bahasa Musi memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Pegagan, Musi Sekayu, Penukal, Kelingi, Rawas; Palembang, Palembang Lama, Meranjat, Penesak, Belide, Burai, dan Lematang Ilir.
6.Bahasa Bugis (3.500.000 jiwa)
Bahasa Bugis adalah bahasa yang
dituturkan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Selain itu, bahasa ini juga
dituturkan di daerah lain di antaranya provinsi di sulawesi selain Sulawesi
Selatan, Kalimantan, Maluku, Papua, Sumatera, dan juga di Sabah, Malaysia.
Menurut sensus tahun1991 bahasa ini dituturkan oleh sekitar 3,5 juta jiwa. Bahasa
Bugis memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bone, Pangkep, Camba,
Sidrap, Pasangkayu, Sinjai, Soppeng, Wajo, Barru, Sawitto, dan Luwu.
7.
Bahasa Banjar (3.500.000 jiwa)
Bahasa Banjar adalah bahasa yang
dituturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bahasa ini juga dituturkan
di daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kabupaten
Indragiri Hilir, Riau. Di luar negeri, bahasa Banjar juga dituturkan oleh suku
Banjar di Malaysia. Bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa, dan
Dayak.
Menurut
sensus penduduk tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.Bahasa
ini memiliki dua dialek utama, yaitu dialek Kuala dan Hulu. Dialek Banjar Kuala
dituturkan oleh penduduk Banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari. Sedangkan
dialek hulu dituturkan oleh penduduk di daerah hulu sungai.
8.
Bahasa Aceh (3.500.000 jiwa)
Bahasa Aceh adalah bahasa yang
dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di pesisir, sebagian pedalaman, dan
sebagian kepulauan Aceh. Bahasa ini dituturkan di Provinsi Aceh kecuali 3
kecamatan di Aceh Timur yang menggunakan bahasa Gayo, dan 1 kecamatan di Aceh
Barat Daya yang menggunakan bahasa Kluet.
Menurut sensus tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta
jiwa.Bahasa aceh memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banda Aceh, Baruh,
Bueng, Daja, Pase,Pidie (Pedir,Timu),danTunong.
9. Bahasa Bali (3.330.000 jiwa)
Bahasa Bali adalah bahasa yang
dituturkan oleh Masyarakat di pulau Bali, Lombok bagian barat, dan sedikit
ujung timur pulau Jawa. Di Lombok, bahasa Bali dituturkan terutama di sekitar
kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa dituturkan di beberapa desa di kabupaten
Banyuwangi. Sebagaimana bahasa Jawa, bahasa Bali juga terdapat beberapa
tingkatan, seperti Bali Kasar, Bali Madya, dan Bali Alus. Bahasa Bali berkerabat
dengan bahasa Sasak, dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa. Kemiripan dengan
bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena penaklukan
Bali oleh kerajaan di Jawa terutama abad ke-14 oleh Gajah Mada. Secara
fonologis, bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa.
Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya pada tingkatan bahasa sehingga bahasa Bali
Alus sangat mirip dengan bahasa Jawa Krama.
Menurut sensus tahun 2000 bahasa Bali
dituturkan oleh 3,3 juta jiwa.Bahasa Bali memiliki berbagai macam dialek, di
antaranya dialek Dataran Rendah Bali (Klungkung, Karangasem, Buleleng, Gianyar,
Tabanan, Jembrana, Badung), Dataran Tinggi Bali.
10.
Bahasa Betawi (2.700.000 jiwa)
Bahasa Betawi adalah bahasa yang
dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta. Bahasa ini merupakan anak dari
bahasa Melayu. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol (percampuran) yang
didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali,
Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan
Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa ini yang membedakan dengan
bahasa Melayu, karena bahasa ini berkembang secara alami.
Menurut sensus tahun 1993, penutur
bahasa Betawi adalah 2,7 juta jiwa.Banyak
sekali bahasa daerah yang saat ini terancam kelestariannya dikarenakan sifat
kurang peduli dari penutur bahasa itu sendiri,naka dari itu mari kita
lestarikan bahasa daerah kita.
Bahasa
Jawa
Bahasa Jawa
adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara khusus di lingkungan
etnis Jawa. Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang digunakan untuk
berinteraksi antarindividu dan memungkinkan terjadinya komunikasi dan
perpindahan informasi sehingga tidak ada individu yang ketinggalan zaman
(Ahira, 2010). Menurut Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan bahasa yang
digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, khususnya Jawa
Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena kejayaan kehidupan keraton di masa
lampau banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dibanding di daerah Jawa yang
lain. Dengan demikian, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di
Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan daerah
di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan
sehari-hari masyarakat Jawa. Bahasa Jawa juga merupakan salah satu warisan
budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak bahasa
Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari Pulau Jawa.
Dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah (Khalim dalam Tubiyono,
2008). Bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan
bahasa (daerah) Jawa akan dihormati dan dipelihara oleh negara, termasuk
pemerintah pusat atau pun daerah (Alwi, 2000). Oleh karena itu, generasi muda
suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan
tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan
bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari
tata krama dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya.
Dalam
penggunaannya, bahasa Jawa memiliki aksara sendiri, yaitu aksara jawa, dialek
yang berbeda dari tiap daerah, serta Unggah-ungguh basa (etika
berbahasa Jawa) yang berbeda. Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan bahasa
yaitu ngoko (kasar), madya (biasa), dan krama
(halus) (Anonim, 2010). Dalam tingkatan bahasa ini, penggunaannya berbeda-beda
sesuai dengan lawan yang yang diajak berbicara. Sehari-hari, ngoko
digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau yang lebih muda, madya
digunakan untuk berbicara dengan orang yang cukup resmi, dan krama
digunakan untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau yang lebih tua. Oleh
sebab itu, bahasa Jawa memiliki etika bahasa yang baik untuk digunakan dan
mencerminkan karakteristik adat budaya Indonesia sebagai bangsa timur.
Bahasa Jawa
yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan ber-tambahnya waktu,
penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para kaum muda di Pulau Jawa,
khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai bahasa
Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam budaya asing dan
arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan
lain-lain. Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri
(campuran Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa
yang semakin lama semakin surut. Betapa tidak, saat ini murid tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah yang mendapatkan pelajaran bahasa Jawa sebagian
besar dari bangku sekolah. Sementara pelajaran bahasa Jawa yang dulunya
merupakan pelajaran wajib sekarang hendak (bahkan sudah mulai) dihilangkan dari
daftar matapelajaran sekolah. Meskipun ada, jam mata-pelajarannya juga sangat
sedikit, hanya 2 X 45 menit dalam seminggu, sedangkan penggunaan bahasa Jawa di
lingkungan rumah pun tidak lagi seketat seperti di masa-masa dulu. Orang tua
tidak lagi membiasakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari untuk
berkomunikasi di keluarga. Sebagian besar malah mengajarkan bahasa Indonesia
atau bahasa asing kepada anak-anak mereka. Bahasa Jawa, apalagi bahasa Krama
Inggil pun semakin terabaikan. Kondisi tersebut juga kian diperparah dengan
adanya pandangan generasi muda terhadap bahasa Jawa. Mereka menganggap bahasa
Jawa adalah bahasa orang-orang desa, orang udik, orang-orang pinggiran, atau
orang-orang zaman dulu. Mereka mengaku malu dan gengsi menggunakan bahasa Jawa
dan memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa gaul. Banyak pemuda Jawa
yang tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Jawa, namun mengerti jika diajak
berbicara menggunakan bahasa Jawa. Ini disebabkan sejak kecil mereka telah
dibiasakan berbicara bahasa Indonesia oleh keluarganya. Sebenarnya dalam bahasa
Jawa tercermin adanya norma-norma susila, tata krama, menghargai yang lebih
muda dan menghormati yang lebih tua. Seseorang sering menggunakan bahasa Jawa
dalam berkomunikasi sehari-hari, tetapi sering lupa bahwa terdapat tingkat
tutur penggunaan bahasa Jawa yang dikenal sebagai penerapan unggah-ungguh.
Dampak negatif dari adanya pendangkalan bahasa Jawa di kalangan pemuda Jawa
kini mulai terasa akibatnya. Banyak remaja atau pemuda yang tidak tahu
penerapan sopan santun kepada mereka yang lebih tua, atau yang seharusnya
dihormati. Hal yang lebih memalukan bila mereka menggunakan bahasa Jawa krama
halus untuk dirinya sendiri (dirinya sendiri dibahasakramakan).Lunturnya bahasa
Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para pemuda di Jawa semakin
menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa Jawa halus mereka lebih memilih
berbahasa Indonesia yang dianggap lebih mudah. Oleh karena itu, pendidikan
berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak dini supaya bahasa
Jawa tetap terjaga kelestariannya dan karakteristik mayarakat suku Jawa yang
dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik tetap terjaga.
- Simpulan dan Saran
Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
Dari bahasa yang baik dapat menunjukkan kepribadian seseorang Berbahasa-lah
dengan baik dan benar agar mudah dipahami oleh orang lain Perhatikan juga
bahasa dalam berbicara, seperti bahasa tubuh, bahasa isyarat,Jika kita kurang
memperhatikannya, maka akan terjadi salah paham dalam berkomunikasi Bahasa
menunjukkan bangsa.
Saran
Jika dalam penilusan jurnal ini terdapat banyak kekurangan
seperti penulisan huruf, atau ejaan, dan sebagainya, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat positfif / membangun.
Karena
pengetahuan kami sebagai penulis juga masih kurang dan juga masih dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ø http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar