Jumat, 15 Januari 2016

PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DI INDONESIA



PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DI INDONESIA 

oleh : Ika Novita


ABSTRAK

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa-bahasa itu berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya sebagai alat komunikasi utama. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain. bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa Indonesia. Negara Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak  yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Berikut ini adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak    di Indonesia.
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa. Bahasa Jawa juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari Pulau Jawa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah Bahasa Jawa  memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya.




  1. PENDAHULUAN

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997:  Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.

Rumusan Masalah      
  1. Apa yang di maksud  bahasa?
  2. Bagaimana  fungsi dari  bahasa ?
  3. Apakah bahasa itu beraneka ragam ? 
  4. Bahasa daerah mana yg memiliki jumlah pemakai terbanyak di Indonesia ?

Tujuan Masalah
  1. untuk mengetahui pengertian bahasa
  2. untuk memahami fungsi bahasa
  3. mengetahui keaneka ragaman bahasa
  4. mengetahui dan memahami bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia.


B.     KAJIAN PUSTAKA         

Definisi Bahasa

Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa, Fungsi Bahasa adalah pemahaman dasar dalam memahami bahasa. Dalam memahami Bahasa Indonesia, kita juga perlu memahami hal-hal tersebut, sehingga pemahaman kita dalam memahami bahasa Indonesia, bisa lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan dengan baik.

Definisi Bahasa : Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.

Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.

Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.






Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari :
Ø  Alat untuk Ekspresi Diri
Ø  Alat untuk Komunikasi
Ø  Alat untuk Adaptasi Sosial
Ø  Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia
Ø  Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia
Ø  Alat untuk mengidentifikasi diri
Ø  Alat control sosial dan integrasi (penyatuan)
Ø  Alat ekspresi diri
Ø  Alat untuk berpikir

Ragam Bahasa

Macam dan jenis ragam bahasa:
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3. Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.
4. Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.
Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Bahasa bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak statis. Bahasa-bahasa itu berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya sebagai alat komunikasi utama. Ketika tidak ada lagi masyarakat penutur asli suatu bahasa disebut bahasa mati atau punah, meskipun masih ada sedikit penutur asli yang menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi menjadi penutur bahasa tersebut.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20. Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan punah.
Karena pengaruh globalisasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap bahasa indonesia itu :
* Tidak gaul.
* Terlalu formal.
Rapuhnya bahasa indonesia disebabkan :
* Tergerus arus globalisasi.
* Kemungkinan banyak oran yang tidak menyukai peraturan bahasa indonesia.
* Tidak adanya relasi masyarakat dengan pemerintah tentang pembudidayaan.
Selain bahasa asing, bahasa daerah juga memberi pengaruh pada perkembangan bahasa indonesia. Karena bahasa indonesia mungkin dianggap terlalu formal untuk dipakai sehair-hari. Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing menyerap kedalam bahasa indonesia. Sebagai bahasa yang terbuka, bahasa indonesia harus luwes menerima unsur bahasa lain. Bahasa indonesia mengenal dua macam serapan yakni :
* Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia.
* Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.
Ragam dari segi sudut pandangan bidang atau pokok persoalan :
Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa digunakan  oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
a.    Menggunakan bahasa yang komunikatif.
b.    Bahasanya cenderung resmi.
c.    Terikat ruang dan waktu.
d.    Membutuhkan adanya orang lain.

Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
  1. Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
  2. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
  3. Objektif dan menekan prasangka pribadi.
  4. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
  5. Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi.

Ragam Bahasa Fungsional
Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.

Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
a.    Menggunakan kalimat yang tidak efektif
b.    Menggunakan kata-kata yang tidak baku
c.    Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi

Ragam Menurut Sarananya :
Ragam Bahasa Lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.

Ragam lisan yang antara lain meliputi:
  1. Ragam bahasa cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
  2. Ragam bahasa pidato adalah ragam bahasa yang digunakan saat membacakan pidato dimuka umum.Biasanya pidato berisi penegasan kalimat untuk bias diterima si pendengar.
  3. Ragam bahasa kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat kuliah yaitu pada saat pembelajaran antar mahasiswa dan dosennya.
  4. Ragam bahasa panggung adalah ragam bahasa yang digunakan seseorang saat dpanggung ketika mengsi acara hiburan lain agar bias diterima penonton.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a.    Memerlukan kehadiran orang lain
b.    Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c.    Terikat ruang dan waktu
d.    Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

Kelebihan ragam bahasa lisan :
  1. Dapat disesuaikan dengan situasi.
  2. Faktor efisiensi.
  3. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
  4. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
  5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
  6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :
  1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
  2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
  3. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
  4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

Ragam Bahasa Tulis
Adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.

Ragam tulis yang antara lain meliputi:
  1. Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang dilakukan mengenai teknis atau cara penulisan yang dicontohkan misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
  2. Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa yang mnggunakan komunikasi yang resmi.
  3. Ragam bahasa catatan adalah ragam bahasa yang singkat yang diperuntukkan untuk pengingat sesuatu.
  4. Ragam bahasa surat adalah ragam bahsa yang dituliskan pada sehelai kertas yang biasanya diberitahukan mengenai kabar atau sejenisnya yang berfungsi untuk memberikan informasi.




Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a.    Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
b.    Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c.    Tidak terikat ruang dan waktu
d.    Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis :
a.    Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b.    Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c.    Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d.    Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :
a.    Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b.    Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c.    Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1.           Ragam daerah disebut (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.           Ragam pendidikan adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
Contoh:
1.    Isma mau nulis surat cinta - Isma mau menulis surat cinta
2.    Saya akan ceritakan tentang Kancil - Saya akan menceritakan tentang Kancil.

Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.
Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Menurut Ciri Situasi Keidiologisan: Ragam Tinggi (Bahasa Indonesia yang baku/ragam ilmiah)
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, digunakan berbagai bahasa daerah termasuk dialeknya, bahasa Indonesia, dan/atau bahasa asing. Bahkan, dalam situasi tertentu, seperti dalam keluarga perkawinan campuran digunakan pula bahasa yang bersifat campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua bahasa ibu pasangan perkawinan campuran itu. Dalam situasi kebahasaan seperti itu, timbul berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan keperluannya, baik secara lisan maupun tulisan. Timbulnya ragam bahasa tersebut disebabkan oleh latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan bahasa para pemakainya itu. Yang dimaksud dengan ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.

  1. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bahasa Daerah Dengan Jumlah Pemakai  Terbanyak Di Indonesia
Negara Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak  yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Berikut ini adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak    di Indonesia.

1.      Bahasa       Jawa    (84.300.000     jiwa)
Bahasa Jawa dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian tengah dan timur. Namun, di pulau-pulau yang lainnya juga terdapat penutur bahasa Jawa. Bahkan di luar negeri pun juga terdapat penutur-penutur bahasa Jawa, di antaranya negara Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura. Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan, seperti Ngoko, Madya, dan Krama.
Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak 84 juta jiwa lebih.Bahasa Jawa memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banten, Banyumas, Blora, Brebes, Bumiayu, Cirebon, Kedu, Madiun, Malang, Pantura Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro) Pekalongan, Semarang, Serang, Surabaya,Surakarta,Suriname,danTegal.

2.      Bahasa       Sunda  (34.000.000     jiwa)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian barat. Bahasa ini tidak hanya dituturkan di daerah Jawa bagian Barat, namun juga dituturkan di berbagai pulau di Indonesia oleh warga Sunda yang migrasi ke tempat tersebut. Bahasa Sunda juga dituturkan di luar negeri terutama di daerah yang menjadi tempat migrasi warga Sunda.
Menurut data sensus tahun 2000 bahasa Sunda dituturkan oleh 34 juta jiwa.Bahasa Sunda memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek barat (Banten Selatan), dialek utara (Bogor, dan sekitarnya), dialek selatan/dialek Priangan (Bandung dan sekitarnya, dialek tengah timur (Majalengka dan sekitarnya), dialek timur laut (Kuningan dan sekitarnya), dialek tenggara (Ciamis  dan      sekitarnya).
3.      Bahasa       Madura            (13.600.000     jiwa)
Bahasa Madura dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Madura dan kawasan pantai utara Jawa Timur (Probolinggo dan sekitarnya). Bahasa Madura juga banyak dituturkan di Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, kepulauan Masalembo, hingga Kalimantan. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa, dan sebagainya. Banyak pula kata-kata dari bahasa ini yang berakar pada bahasa Melayu, bahkan sampai bahasa Minangkabau. Namun tentunya dengan pelafalan yang berbeda. Bahas Madura memiliki pelafalan yang unik, sehingga orang luar Madura akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya.
Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Madura sekitar 13 juta jiwa.Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Dialek yang lainnya merupakan dialek rural yang telah tercampur dengan dialek-dialek dari bahasa lainnya.

4. Bahasa   Minangkabau  (5.530.000       jiwa)
Bahasa Minangkabau dituturkan oleh masyarakat di provinsi Sumatera Barat, bagian barat Riau, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Selain itu juga terdapat di berbagai daerah, karena orang Minangkabau banyak yang merantau ke luar daerahnya.
Menurut sensus tahun 2007, bahasa Minangkabau dituturkan oleh sedikitnya 5 juta jiwa.Negara Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak  yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.Bahasa Minangkabau memiliki banyak sekali dialek, di antaranya bahasa Minangkabau Baku (dialek Padang), Mandahiling Kuti Anyie, Padang Panjang, Pariaman, Ludai, Sungai Batang, Kurai, Kuranji, Salimpaung Batusangkar, dan Rao-Rao Batusangkar.
5. Bahasa   Musi    (3.930.000       jiwa)
Bahasa Musi adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di sepanjang hulu dan hilir sungai Musi, Provinsi Sumatera Selatan. Bahasa Musi juga dikenal sebagai bahasa Sekayu dan bahasa Palembang. Penutur bahasa ini menurut sensus tahun 2000 adalah 3,9 juta jiwa.
Bahasa Musi memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Pegagan, Musi Sekayu, Penukal, Kelingi, Rawas; Palembang, Palembang Lama, Meranjat, Penesak, Belide, Burai, dan Lematang            Ilir.

6.Bahasa    Bugis   (3.500.000       jiwa)
Bahasa Bugis adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Selain itu, bahasa ini juga dituturkan di daerah lain di antaranya provinsi di sulawesi selain Sulawesi Selatan, Kalimantan, Maluku, Papua, Sumatera, dan juga di Sabah, Malaysia. Menurut sensus tahun1991 bahasa ini dituturkan oleh sekitar 3,5 juta jiwa. Bahasa Bugis memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bone, Pangkep, Camba, Sidrap, Pasangkayu, Sinjai, Soppeng, Wajo, Barru, Sawitto, dan Luwu.
7. Bahasa   Banjar  (3.500.000       jiwa)
Bahasa Banjar adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bahasa ini juga dituturkan di daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Di luar negeri, bahasa Banjar juga dituturkan oleh suku Banjar di Malaysia. Bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa, dan Dayak.
Menurut sensus penduduk tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.Bahasa ini memiliki dua dialek utama, yaitu dialek Kuala dan Hulu. Dialek Banjar Kuala dituturkan oleh penduduk Banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari. Sedangkan dialek hulu dituturkan oleh           penduduk        di         daerah hulu      sungai.


8. Bahasa   Aceh    (3.500.000       jiwa)
Bahasa Aceh adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di pesisir, sebagian pedalaman, dan sebagian kepulauan Aceh. Bahasa ini dituturkan di Provinsi Aceh kecuali 3 kecamatan di Aceh Timur yang menggunakan bahasa Gayo, dan 1 kecamatan di Aceh Barat Daya yang menggunakan bahasa Kluet.
Menurut sensus tahun 2000 penutur bahasa   ini        berjumlah        3,5       juta jiwa.Bahasa aceh memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banda Aceh, Baruh, Bueng, Daja, Pase,Pidie       (Pedir,Timu),danTunong.

9. Bahasa         Bali      (3.330.000       jiwa)
Bahasa Bali adalah bahasa yang dituturkan oleh Masyarakat di pulau Bali, Lombok bagian barat, dan sedikit ujung timur pulau Jawa. Di Lombok, bahasa Bali dituturkan terutama di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa dituturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Sebagaimana bahasa Jawa, bahasa Bali juga terdapat beberapa tingkatan, seperti Bali Kasar, Bali Madya, dan Bali Alus. Bahasa Bali berkerabat dengan bahasa Sasak, dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena penaklukan Bali oleh kerajaan di Jawa terutama abad ke-14 oleh Gajah Mada. Secara fonologis, bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya pada tingkatan bahasa sehingga bahasa Bali Alus sangat mirip dengan bahasa Jawa Krama.
Menurut sensus tahun 2000 bahasa Bali dituturkan oleh 3,3 juta jiwa.Bahasa Bali memiliki berbagai macam dialek, di antaranya dialek Dataran Rendah Bali (Klungkung, Karangasem, Buleleng, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Badung), Dataran Tinggi Bali.




10. Bahasa Betawi (2.700.000       jiwa)
Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta. Bahasa ini merupakan anak dari bahasa Melayu. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol (percampuran) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa ini yang membedakan dengan bahasa Melayu, karena bahasa ini berkembang secara alami.
Menurut sensus tahun 1993, penutur bahasa  Betawi adalah  2,7       juta      jiwa.Banyak sekali bahasa daerah yang saat ini terancam kelestariannya dikarenakan sifat kurang peduli dari penutur bahasa itu sendiri,naka dari itu mari kita lestarikan bahasa daerah kita.








Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara khusus di lingkungan etnis Jawa. Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang digunakan untuk berinteraksi antarindividu dan memungkinkan terjadinya komunikasi dan perpindahan informasi sehingga tidak ada individu yang ketinggalan zaman (Ahira, 2010). Menurut Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena kejayaan kehidupan keraton di masa lampau banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dibanding di daerah Jawa yang lain. Dengan demikian, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa. Bahasa Jawa juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari Pulau Jawa.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah (Khalim dalam Tubiyono, 2008). Bahasa Jawa  memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahasa (daerah) Jawa akan dihormati dan dipelihara oleh negara, termasuk pemerintah pusat atau pun daerah (Alwi, 2000). Oleh karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama dan tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya.
Dalam penggunaannya, bahasa Jawa memiliki aksara sendiri, yaitu aksara jawa, dialek yang berbeda dari tiap daerah, serta Unggah-ungguh basa (etika berbahasa Jawa) yang berbeda. Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan bahasa yaitu ngoko (kasar), madya (biasa), dan krama (halus) (Anonim, 2010). Dalam tingkatan bahasa ini, penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan lawan yang yang diajak berbicara. Sehari-hari, ngoko digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau yang lebih muda, madya digunakan untuk berbicara dengan orang yang cukup resmi, dan krama digunakan untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau yang lebih tua. Oleh sebab itu, bahasa Jawa memiliki etika bahasa yang baik untuk digunakan dan mencerminkan karakteristik adat budaya Indonesia sebagai bangsa timur.
Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan ber-tambahnya waktu, penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para kaum muda di Pulau Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam budaya asing dan arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan lain-lain. Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri (campuran Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa yang semakin lama semakin surut. Betapa tidak, saat ini murid tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah yang mendapatkan pelajaran bahasa Jawa sebagian besar dari bangku sekolah. Sementara pelajaran bahasa Jawa yang dulunya merupakan pelajaran wajib sekarang hendak (bahkan sudah mulai) dihilangkan dari daftar matapelajaran sekolah. Meskipun ada, jam mata-pelajarannya juga sangat sedikit, hanya 2 X 45 menit dalam seminggu, sedangkan penggunaan bahasa Jawa di lingkungan rumah pun tidak lagi seketat seperti di masa-masa dulu. Orang tua tidak lagi membiasakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi di keluarga. Sebagian besar malah mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing kepada anak-anak mereka. Bahasa Jawa, apalagi bahasa Krama Inggil pun semakin terabaikan. Kondisi tersebut juga kian diperparah dengan adanya pandangan generasi muda terhadap bahasa Jawa. Mereka menganggap bahasa Jawa adalah bahasa orang-orang desa, orang udik, orang-orang pinggiran, atau orang-orang zaman dulu. Mereka mengaku malu dan gengsi menggunakan bahasa Jawa dan memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa gaul. Banyak pemuda Jawa yang tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Jawa, namun mengerti jika diajak berbicara menggunakan bahasa Jawa. Ini disebabkan sejak kecil mereka telah dibiasakan berbicara bahasa Indonesia oleh keluarganya. Sebenarnya dalam bahasa Jawa tercermin adanya norma-norma susila, tata krama, menghargai yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua. Seseorang sering menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari, tetapi sering lupa bahwa terdapat tingkat tutur penggunaan bahasa Jawa yang dikenal sebagai penerapan unggah-ungguh. Dampak negatif dari adanya pendangkalan bahasa Jawa di kalangan pemuda Jawa kini mulai terasa akibatnya. Banyak remaja atau pemuda yang tidak tahu penerapan sopan santun kepada mereka yang lebih tua, atau yang seharusnya dihormati. Hal yang lebih memalukan bila mereka menggunakan bahasa Jawa krama halus untuk dirinya sendiri (dirinya sendiri dibahasakramakan).Lunturnya bahasa Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para pemuda di Jawa semakin menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa Jawa halus mereka lebih memilih berbahasa Indonesia yang dianggap lebih mudah. Oleh karena itu, pendidikan berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak dini supaya bahasa Jawa tetap terjaga kelestariannya dan karakteristik mayarakat suku Jawa yang dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik tetap terjaga.
  1. Simpulan dan Saran

Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari Dari bahasa yang baik dapat menunjukkan kepribadian seseorang Berbahasa-lah dengan baik dan benar agar mudah dipahami oleh orang lain Perhatikan juga bahasa dalam berbicara, seperti bahasa tubuh, bahasa isyarat,Jika kita kurang memperhatikannya, maka akan terjadi salah paham dalam berkomunikasi Bahasa menunjukkan bangsa.

Saran
Jika dalam penilusan jurnal ini terdapat banyak kekurangan seperti penulisan huruf, atau ejaan, dan sebagainya, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positfif / membangun.
Karena pengetahuan kami sebagai penulis juga masih kurang dan juga masih dalam pembelajaran.





















Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar