FENOMENA PEMAKAIAN HIJAB MONOKROMATIK
SEBAGAI BENTUK PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS WIRALODRA
Oleh : Linda Ayu Lestari
Abstrak: Fesyen menjadi bagian yang tak terlepaskan
dari penampilan dan gaya keseharian. Fesyen tak melulu soal baju, tas dan
aksesoris. Fesyen dapat juga berupa benda yang menjadi pelengkap dalam
berbusana, salah satunya hijab. Tren fesyen berhijab tahun 2015 sungguh marak
di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa. Fesyen hijab berupa motif
monokromatik kian digandrungi. Pemakai paling banyak hijab monokromatik ini
ialah mahasiswa, dimana sebagian besar mahasiswa mengenakan hijab untuk
penampilan kesehariannya. Melalui penggunaan hijab monokromatik ini, tentu saja
mahasiswa harus merogoh kocek yang lumayan untuk dapat mengoleksi sekian
banyaknya motif hijab monokromatik yang beredar di pasaran. Untuk memiliki
hijab monokromatik ini, kebanyakan mahasiswa tidak perlu keliling pasar untuk
membelinya, cukup dengan bermodal ponsel canggih, mereka dapat dengan mudah
berbelanja via internet. Mahasiswa merupakan kalangan yang sangat dekat dengan
akses internet. Melalui internet, mahasiswa dapat mencari dan mengikuti informasi
mengenai gaya dan fesyen terkini. Dari sekian banyak mahasiswa program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah diteliti, mereka dapat membeli
hijab monokromatik dari 2-5pcs setiap bulannya. Hal itu menunjukkan bahwa
pemakaian hijab di kalangan mahasiswa bukan lagi bermakna hijab, melainkan
merupakan cara untuk manmpilkan diri melalui gaya berbusana. Sehingga, dapat
dikatakan, fenomena pemakaian hijab monokromatik merupakan bentuk perilaku
konsumtif yang banyak dilakukan mahasiswa di tahun 2015.
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitis. Adapun temuan yang dapat dikemukakan di
sini meliputi hal-hal berikut: Fesyen
hijab mengacu pada suatu penampilan yang menunjukkan identitas seseorang, bukan
untuk berhijab karena Allah, dan jika mengacu pada kebutuhan, maka orientasinya
lebih pada kebutuhan untuk ditampilkan pada orang lain, dan dampaknya dapat
berupa perilaku konsumtif yang akan menjadi suatu kebiasaan.
Kata kunci: Hijab
monokromatik, mahasiswa, perilaku konsumtif.
KATA PENGANTAR
Pada akhirnya, jurnal ini telah
diselesaikan dengan tepat waktu. Terima kasih kepada Allah SWT., yang berkat
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan sebaik mungkin.
Terima kasih juga kepada dosen mata kuliah Panduan Penelitian Karya Ilmiah, Ibu
Eny Tarsinih, M. Pd. yang telah membimbing dalam pembelajaran di kelas. Jurnal
ini tidak akan selesai tanpa pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam
pembuatan jurnal ini. Terima kasih pula kepada teman-teman Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kontribusinya sebagai bahan
penelitian dalam jurnal Fenomena Pemakaian Hijab Monokromatik Sebagai Bentuk
Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Wiralodra. Karena
pada dasarnya, mahasiswa lah yang paling dekat dengan akses informasi dan gaya
berbusana di kalangan masyarakat.
Adapun harapan penulis melalui
jurnal ini adalah kelak dapat memberikan sebuah pengalaman baru kepada para
pembaca, sehingga jurnal yang telah ditulis dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam jurnal
ini, sehingga segala bentuk kritik dan saran akan dapat diterima dengan lapang
dada.
Indramayu, Desember 2015.
DAFTAR ISI
Abstrak…………………………………………………………. ii
Kata
Pengantar………………………………………………….. iii
Daftar
Isi………………………………………………………. iv
BAB Pendahuluan
Latar
Belakang Masalah………………………………………. 1
Rumusan
Masalah……………………………………………… 3
Tujuan
Pembahasan……………………………………………. 3
Landasan
Teori………………………………………………….. 4
Sumber
Data……………………………………………………. 5
Metode
dan Teknik Penelitian……………………………….. 6
BAB Pembahasan
Alasan Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra
Indonesia Memakai Hijab Monokromatik
di
Lingkungan Kampus………………………………………… 7
Besarnya Jumlah
Biaya Untuk Belanja
Hijab
Monokrom Setiap Bulan………………………………. 8
Mengetahui Ragam
Bentuk Motif Hijab Monokrom
yang Dipakai oleh
Mahasiswa Prodi PBSI
Universitas
Wiralodra………………………………………… 9
BAB Simpulan dan Saran
Simpulan……………………………………………………. 12
Saran………………………………………………………… 12
Daftar
Pustaka………………………………………………… 13
Biografi
Penulis……………………………………………… 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hijab merupakan salah satu simbol ketaatan bagi
seorang muslimah terhadap syariat agama islam. Dalam penggunaannya pun telah
diatur sedemikian rupa dalam kitab suci Al Quran, yang mana dalam mengenakan
hijab tidak boleh transparan, tidak memperlihatkan lekuk tubuh, sederhana dan
tidak mencolok. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh modernisasi
pun tidak dapat ditolak dan mampu mempengaruhi penggunaan hijab bagi perempuan
muslimah, khususnya mempengaruhi cara berpakaian dan penggunaan hijab bagi
wanita muslimah. Jika dulu hijab hanyalah sebuah kain polos, berwarna gelap dan
dinilai tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Namun tampil cantik dan modis
dengan gaya elegan dan feminim sekarang dapat dinikmati dengan balutan busana
muslimah.
Anak
muda sekarang banyak menggemari tren busana muslimah. Para mahasiswa perempuan
banyak yang mengenakan hijab saat di kampus, dan mereka tidak ragu lagi untuk
mengenakan hijab sebagai busana keseharian mereka. Hijab
merupakan salah satu item fesyen yang banyak dikenakan masyarakat di Indonesia.
Model hijab dapat berupa hijab paris, pashmina, segi empat, maupun hijab instan
yang praktis dikenakan. Sedangkan motif hijab yang popular di tahun 2015 adalah
motif hijab monokromatik atau monokrom. Monokromatik berasal dari kata mono
atau tunggal, dan chrome berarti
warna. Jika diartikan, monokromatik adalah perpaduan warna fesyen dalam satu
warna yang memiliki intensitas yang berbeda. Sederhananya, monokromatik adalah
tingkatan warna hitam dan putih yang diantaranya terdapat warna abu-abu, silver
dan lain sebagainya. Bisa dibilang, warna monokromatik adalah warna yang
harmonis.
Penggunaan
hijab dengan nuansa motif monokromatik di kalangan mahasiswa merupakan salah
satu upaya untuk mengikuti tren yang sedang popular di dunia fesyen, yang tanpa
disadari, upaya mengikuti tren tersebut
dapat dikatakan sebagai
bentuk perilaku konsumtif, khususnya di kalangan mahasiswa. Dapat kita
bayangkan, jika tren itu semakin meluas, keinginan manusia untuk mengikuti tren
tersebut akan semakin menggebu-gebu.
Dari
fenomena yang didapat oleh peneliti melalui kuesioner terbuka, observasi dan
wawancara terhadap beberapa mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Wiralodra tentang kebiasaannya berbelanja
hijab monokrom dan mengenakannya di kampus, dapat dijadikan sebuah studi kasus
mengenai fenomena pemakaian hijab monokromatik sebagai bentuk perilaku
konsumtif terhadap mahasiswa Program Studi PBSI Universitas Wiralodra Indramayu.
Perilaku
konsumtif merupakan tindakan seorang membeli suatu barang tanpa adanya
pertimbangan yang masuk akal di mana seorang tersebut dalam membeli suatu
barang tidak didasarkan pada faktor kebutuhan (Sumartono, 2002).
Menurut
Lina & Rosyid (1997) aspek-aspek perilaku konsumtif adalah
a.
Pembelian Impulsif (Impulsive Buying)
Aspek ini menunjukkan
bahwa seorang remaja berperilaku membeli semata-mata karena didasari oleh
hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, dilakukan tanpa terlebih dahulu
memepertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan
biasanya bersifat emosional.
b. Pemborosan
Perilaku
konsumtif sebagai salah satu perilaku yang menghambur-hamburkan banyak dana
tanpa didasari adanya kebutuhan yang jelas. Boros adalah membelanjakan sesuatu
tidak pada tempatnya ataupun melebihi ukuran yang semestinya.
c. Mencari kesenangan (Non
rational buying)
Suatu
perilaku di mana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan semata-mata untuk
mencari kesenangan. Salah satu yang dicari adalah kenyamanan fisik di mana para
remaja dalam hal ini dilatarbelakangi oleh sifat remaja yang akan merasa senang
dan nyaman ketika dia memakai barang yang dapat membuatnya lain daripada yang
lain, dan membuatnya merasa trendy.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis tindakan pada penelitian ini:
“Fenomena
Pemakaian Hijab Monokromatik sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Wiralodra."
2.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Apakah
alasan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Wiralodra memakai hijab monokromatik di lingkungan kampus?
2) Berapakah
besar biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Wiralodra yang telah diobservasi untuk berbelanja
hijab monokrom setiap bulannya?
3) Bagaimanakah
ragam bentuk motif pemakaian hijab monokrom yang dipakai oleh mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Wiralodra?
3.1 Tujuan Pembahasan
1) Menggali
fenomena pemakaian hijab monokromatik yang popular di kalangan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Wiralodra,
2) Mengobservasi
besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Wiralodra untuk berbelanja hijab monokromatik setiap
bulannya,
3) Mengetahui
ragam bentuk motif hijab monokrom yang dipakai oleh mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Wiralodra melalui pemakaian
hijab monokrom di lingkungan kampus.
4.1 Landasan Teori
Hijab
merupakan tren busana yang banyak dipakai masyarakat Indramayu, baik dari
kalangan muda sampai yang tua. Sebagian besar masyarakat pemakai hijab di
Indonesia, khususnya di Indramayu, sudah dibiasakan mengenakan hijab sedari usia
dini, seperti kelas sekolah dasar, hingga ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, seperti di jenjang perkuliahan.
Di
Universitas Wiralodra, persentase mahasiswa putri yang mengenakan hijab untuk
tampilan busana di lingkungan kampus mencapai hampir 95%, kecuali untuk
mahasiswa puteri yang Non-muslim. Untuk Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia sendiri, hampir secara keseluruhan, mahasiswa puterinya
mengenakan hijab. Hal itu dikarenakan sudah merupakan aturan yang berlaku di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kecuali untuk mahasiswa
yang Non-muslim.
Pemakaian
hijab di lingkungan Prodi PBSI ini, berangsur-angsur berubah menjadi bukan lagi
sebuah aturan, melainkan sebuah tren untuk berlomba-lomba menjadi hijabers (istilah untuk pemakai hijab)
yang paling trendy di antara
teman-temannya yang lain. Untuk itu, pemakaian hijab di lingkungan Prodi PBSI
Universitas Wiralodra merupakan suatu bentuk fenomena baru yang menghasilkan
warna-warna, motif, dan model hijab yang sedang popular di tahun 2015.
Adapun
model, warna dan corak/motif dari hijab itu adalah hijab dengan nuansa
monokromatik yang tengah banyak
digandrungi kalangan mahasiswa. Bahkan, beberapa mahasiswa bukan hanya sebagai
pemakai, melainkan penjual hijab monokromatik yang dapat meraup untung banyak
dari fenomena pemakaian hijab monokromatik itu sendiri.
Peneliti
telah menyebar kuesioner, melakukan observasi dan wawancara kepada mahasiswa
yang gemar memakai hijab dengan motif monokromatik. Wawancara dapat berupa pertanyaan
mengenai alasan mereka mengenakan hijab monokromatik, kemudian berapa besar
jumlah biaya yang mereka keluarkan dalam sekali belanja hijab, dan lain-lain.
Selain melakukan wawancara kepada mahasiswa pemakai hijab monokromatik,
peneliti juga melakukan wawancara kepada mahasiswa yang berperan sebagai
penjual hijab yang sedang popular tersebut. Harga dari hijab monokromatik ini
berkisar antara Rp. 35.000 - 45.000,-.
Dapat dibayangkan, jika mahasiswa pemakai hijab monokromatik itu membeli 2-4pcs hijab dalam satu bulannya, berapa
banyak jumlah uang yang mereka keluarkan untuk tampil trendy, atau yang orang-orang pengguna Instagram menyebutnya sebagai kekinian.
Bentuk kekinian ini memaksa para mahasiswa terus-menerus membeli barang yang
sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dan sudah banyak mereka miliki. Hal ini
berdampak pada situasi di mana mahasiswa dihadapkan kepada perilaku boros, atau
dapat juga disebut dengan perilaku konsumtif.
Ancok
(1995) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif seseorang ialah perilaku yang tidak
lagi membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, tetapi membeli barang hanya
semata-mata untuk membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak memerlukan
produk tersebut.
Faktor
yang mempengaruhi perilaku membeli menurut Kotler (2003:183-206 dalam Suhari,
2008) terdiri dari :
1) Kebudayaan
yang terdiri dari : budaya, sub budaya dan kelas sosial.
2) Sosial
yang terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
3) Personal
yang terdiri dari: usia dan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, kepribadian, dan konsep diri.
4) Psikologi
yang terdiri dari: motivasi, persepsi, proses belajar, proses belajar,
kepercayaan dan sikap.
5.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini,
peneliti memilih sampel 20 (dua puluh) mahasiswa puteri Prodi PBSI Universitas
Wiralodra. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner,
observasi dan wawancara. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini ialah purposive
sampling.
6.1 Metode dan Teknik Penelitian
Pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data
dari responden maka peneliti menggunakan metode kuesioner, wawancara sebagai
metode penggali data dan observasi sebagai metode pelengkap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis dan Pembahasan
2.1.1
Alasan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Memakai
Hijab Monokrom di Lingkungan Kampus
Pemakaian hijab monokrom tahun 2015 di lingkungan kampus
Universitas Wiralodra digambarkan sebuah fenomena fesyen yang marak di kalangan
mahasiswa, khususnya mahasiswa Prodi PBSI. Banyak alasan mengenai pemilihan
motif monokrom seperti pemilihan pada motif polkadot, zig-zag, garis-garis
hitam putih, abstrak, etnik, motif animal
leopard, zebra, dan lain-lain.
Dari
hasil kuesioner terbuka yang
diberikan kepada informan, informan yang memakai hijab monokrom dengan alasan
mengikuti mode dengan persentase 50%, sedangkan yang beralasan untuk
ikut-ikutan teman persentasenya 25%, untuk yang beralasan tampil cantik 20%,
dan 5% yang memilih alasan untuk kebutuhan. Dari diagram di atas, kita sudah
dapat menyimpulkan bahwa value
kebutuhan di sini hanya 5%, itu artinya pemakaian hijab monokrom pada mahasiswa
Prodi PBSI Universitas Wiralodra sebagian besar hanya mengikuti mode, yang mana
mode di sini bersifat sebagai pengakuan--- kiranya apabila mereka memakai hijab
monokrom, mereka telah dianggap mengikuti mode berbusana/berhijab di tahun
2015.
Secara etimologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk
terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak hiasan,
dan sebagainya). Thomas Carlyle mengatakan, “Pakaian adalah perlambang jiwa.
Pakaian tak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya
manusia.”.
Dari pengertian KBBI di atas, corak monokrom yang
sekarang menjadi mode hijab tahun 2015 sudah merupakan identitas bagi
pemakainya. Mahasiswa Prodi PBSI Universitas Wiralodra mengonstruksikan dirinya
sebagai pengikut mode melalui tampilan hijab monokromnya.
2.1.2
Besarnya Jumlah Biaya Untuk Belanja Hijab Monokrom Setiap Bulan
Table 1. Hasil screaning kuesioner terbuka
Jumlah
keseluruhan informan
|
Jumlah informan
berdasarkan intensitas belanja
|
Jumlah
informan berdasarkan uang yang dikeluarkan
|
|||
1x
sebulan
|
2x
sebulan
|
50-100
ribu
|
>100
ribu
|
||
20
|
15
|
2
|
10
|
2
|
|
Dari hasil kuesioner
terbuka yang dilakukan kepada 20 informan, yang kesemuanya adalah mahasiswa
Prodi PBSI Univesitas Wiralodra, dipilihlah 17 informan berdasarkan intensitas
belanja setiap bulannya. Ada 15 informan yang berbelanja hijab monokrom 1x
dalam satu bulan, dan 2 orang lainnya berbelanja 2x dalam satu bulan. Di sisi
lain, dipilihlah 12 informan berdasarkan jumlah uang yang dikeluarkan. 10 orang
informan mengatakan bahwa mereka berbelanja hijab monokrom Rp. 50.000 –
100.000/bulan. Sedangkan 2 orang informan lainnya berbelanja lebih dari Rp.
100.000/bulan.
Harga hijab monokrom bervariasi tergantung jenisnya, segi
empat atau pashmina. Harga hijab monokrom berkisar antara 30.000 – 50.000 per
satuannya. Dalam table 1 di atas, dua orang informan berbelanja lebih dari 100.000/bulan,
mereka mendapatkan 2-3pcs hijab
setiap kali berbelanja. Jumlah yang lumayan banyak untuk kantong mahasiswa.
Pada penelitian ini, hal tersebut digambarkan sebagai bentuk perilaku
konsumtif, karena membeli barang secara berlebihan.
2.1.3
Mengetahui Ragam Bentuk Motif Hijab Monokrom yang Dipakai oleh Mahasiswa Prodi
PBSI Universitas Wiralodra
Ragam motif dan
bentuk hijab monokrom yang popular di tahun 2015 sangat beragam. Dilihat dari
bentuknya, ada yang berupa hijab segi empat yang banyak dipakai semua kalangan,
dan ada juga yang berbentuk pashmina yang cocok dipakai untuk segala acara.
Sedangkan dilihat dari ragam motifnya, ada hijab yang bermotif polka dot
(bulat-bulat kecil), garis-garis, zig-zag, motif abstrak, motif etnik, dan
bahkan sampai kepada motif binatang. Untuk warna dalam hijab monokrom sendiri,
hanya menggunakan dua variasi warna, yaitu hitam dan putih, meski pun arti kata
dari monokrom itu sendiri tidak hanya berupa warna hitam dan putih saja.
Pada penelitian kali ini, peneliti meneliti ragam bentuk
dan motif hijab monokrom yang banyak dipakai oleh mahasiswa Prodi PBSI
Universitas Wiralodra di tahun 2015, dari motif yang paling sering dipakai
hingga kepada motif yang jarang pemakainya.
Motif
polka dot banyak digunakan mahasiswa Prodi PBSI karena motif ini menimbulkan
kesan ceria dan atraktif bagi pemakainya. Motif ini juga selalu ada di setiap
mode fesyen apapun, baik hijab, atasan, rok, celana, aksesoris, dan lain
sebagainya. Tak heran jika motif ini banyak diminati pemakainya.
2. Motif Zig-Zag
Banyak
mahasiswa yang menggunakan motif hijab monokrom ini di lingkungan kampus, tanpa
mengetahui sejarah dari motif ini. Pada zaman dahulu, motif zig-zag digambarkan
sebagai sebuah bentuk modernisasi.
3. Motif
Garis-garis (stripe)
Motif
garis-garis pada hijab monokrom yang popular di tahun 2015, membentuk dua buah
bentuk garis, yakni berupa garis vertikal dan horizontal. Dalam gambar pada
penelitian ini, peneliti menggunakan motif hijab monokrom dengan motif garis-garis
vertikal berwarna hitam dan putih. Motif seperti ini juga banyak dipakai
mahasiswa Prodi PBSI Universitas Wiralodra sebagai item fesyen di lingkungan
kampus.
4. Motif
animal
Motif
animal print, dapat berupa motif
jaguar atau yang biasa kita kenal dengan motif leopard. Selain leopard, penggunaan motif zebra pada hijab monokrom
juga kerap dikenakan para mahasiswa di lingkungan kampus Universitas Wiralodra.
Namun, penggunaan motif ini tidak banyak dikenakan mahasiswa Prodi PBSI, hanya
beberapa mahasiswa saja yang tampil berani dengan mengenakan hijab motif yang
terkesan “galak” ini.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Akibat
banyaknya mode fesyen hijab yang popular setiap tahunnya, banyak mahasiswa yang
ingin tampil mengikuti mode yang sedang tren. Hal itu membuat mahasiswa
berlomba-lomba menjadi individu yang mengonstruksikan dirinya menjadi pengikut
mode.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap
sejumlah mahasiswa Prodi PBSI Universitas Wiralodra, hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa fenomena pemakaian hijab monokrom pada mahasiswa Prodi PBSI
Universitas Wiralodra merupakan gejala atau perilaku konsumtif yang patut
dijadikan studi kasus. Karena, pada dasarnya mahasiswa merupakan komunitas yang
paling dekat dengan sarana informasi, akses internet, gaya hidup, yang
menjadikan mereka mudah melakukan transaksi jual beli dimanapun, kapan pun, dan
apa pun yang ingin mereka beli, termasuk mengikuti tren pemakaian hijab
monokrom di lingkungan kampus tanpa dapat membedakan mana yang menjadi
keinginan, dan mana pula yang menjadi kebutuhan.
3.2 Saran
Seyogyanya, mahasiswa dapat lebih bijak lagi dan
pandai memperhitungkan segala keperluan yang menjadi kebutuhannya, agar tidak
semata-mata membeli barang yang tidak mereka perlukan. Berhijab memang suatu
kebutuhan, namun apabila makna berhijab itu sendiri sudah hilang, menjadi hijabers yang sederhana saja sudah
cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Budi
Lestari, Sri. 2014. “Fashion Sebagai
Komunikasi Identitas Sosial di Kalangan
Mahasiswa”. Jurnal, Vol. 14, No. 3, 4-6.
Qodaril,
Anisa. 2015. “Perilaku Melalui Online
Shopping Fashion pada Mahasiswi
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Naskah
Publikasi, 1-2.
Regina, 2015. “ Hubungan Antara Self-Control dengan Perilaku Konsumtif Online
Shopping Produk Fashion
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011”. Jurnal e-Biomedik, Vol. 3, No. 1, 3-6.
Yasinta Fauziah
Novitasari. K8410061. Makna Tradisi
Jilbab Sebagai Gaya Hidup
(Studi
Fenomenologi Tentang Alasan Perempuan Memakai Jilbab dan Aktivitas Solo
Hijabers Community). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret. April 2014.
Lahir 20 tahun silam
dengan nama Linda Ayu
Lestari. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Wiralodra. Pecinta jajanan tradisional,
seperti cilok, ongol-ongol, dongkal, utem, klepon, kue putu, dan jenis jajanan
tradisional lainnya.
Paling was-was kalau mamahnya
sudah merengek minta mantu. Baginya, "lebih
baik mama minta pulsa, daripada mama minta mantu."
Selain menjadi mahasiswa,
kesibukannya yang lain adalah menjalani bisnis online shop fashion import yang diberi nama Medulla Oblongata. Untuk kenal Linda lebih jauh, kunjungi blog-nya yang sudah
banyak sarang laba-labanya di: http://wanitaidamanmertua.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar