PENDIDIKAN
KELUARGA
oleh : Yuni Astuti
1.
Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar keberhasilannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Menurut Slamento ( 1990 : 56 ) faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
ada diluar individu.
Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di
luar sekolah yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Dan pendidikan keluarga yang maksimal, memiliki kecenderungan untuk
meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya pendidikan keluarga memiliki
kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar dan akan melemahkan
pula terhadap prestasi belajar siswa.
2. Abstrak
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap
remeh bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.Orangtua sebagai
lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga
pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.
Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya dalam
mencerdaskan akhlak budipekertinya. Lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak didalam
keluarga, sehingga penanaman pendidikan kecerdasan budipekerti dalam keluarga
sangat penting untuk masa depan anak menjadi lebih baik.
3.
Analisis dan Pembahasan
3.1 Pengertian Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang
memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak
dalam kehidupannya.
Adapun pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu
kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan
dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh,
2006 : 182). Sedangkan keluarga menurut istilah adalah dua orang atau
lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. B. Boston yang dikutip oleh Ishak Sholeh ( 1983 : 11 ) mengatakan,
keluarga adalah suatu kelompok pertalian nasab keluarga yang dapat dijadikan
tempat untuk membina / membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan hidup lainnya.
Sehingga sangat jelaslah bahwa pendidikan keluarga adalah bantuan / pertolongan
yang diberikan orang tua kepada anaknya, agar anak itu dapat menjadi dewasa dan
senantiasa terarah dalam kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral dan keterampilan ( UU Sistem Pendidikan Nasional No.
2 Tahun 1989 ).
3.2
Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup
Pendidikan Keluarga
3.2.1 Tujuan
Pendidikan Keluarga
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara,
melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga
merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut
lingkungan pendidikan utama.
Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam
kandungan. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan
hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan
sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di sekolah
secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga
dalam membimbing anak.
3.2.2 Fungsi
Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
a.
Fungsi edukatif adalah yang
mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi
anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b. Fungsi sosialisasi anak adalah
keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar dapat
beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan
diterima oleh masyarakat luas.
c.
Fungsi proteksi (perlindungan)
adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa nyaman,
damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.
d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga
sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara
sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e.
Fungsi religius keluarga sebagai
wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f.
Fungsi ekonomi adalah keluarga
sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan materil yang sekaligus
mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g. Fungsi rekreasi, keluarga harus
menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh
semangat.
h. Fungsi biologis, keluarga sebagai
wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.
3.2.3 Ruang
Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat
diketahui dari jawaban pertanyaan “ sampai berapa jumlah tanggung jawab
keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak
anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan
dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan
pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif
dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri
karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri
dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.
3.3 Pentingnya Pendidikan
Dalam Keluarga
Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai
wahana pengembangan sumber daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani
(2001) mengemukakan bahwa sejak
dulu keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar
manusia. Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa
keluarga yang tangguh bersama lembaga keagamaan dan politik akan menjadi pilar
penyangga terbentuknya civil society.
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang
sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga
juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya
penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut
pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.
3.4.
Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu,
seimbang antara pendekatan endogenous ( menimbulkan dari dalam ) dan conditioning
( pembisaan, mempengaruhi dari luar ) serta enforcement ( pemaksaan ).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya
kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi
tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang
didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat pendidikan yang besar
pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi
interpersonal yang bernilai sosial edukatif dan religius. Dan pendidikan agama
itu perlu disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat penalaran, emosi,
bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam proses
pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing dan mengarahkan serta
memecahkan persoalan-persoalan secara demokratis.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga
adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta
perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual.
Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola
asih.
Strategi yang dapat digunakan oleg orang untuk mengembangkan
moral dan keterampilannya, yaitu :
a.
Bantulah anak untuk menemukan
sendiri tujuan hidupnya.
b.
Bantulah anak mengembangkan perilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.
Jadilah figur ideal bagi anak dalam
berperilaku.
d.
Beri semangat dan gugah hati anak
untuk berperilaku terpuji.
Menurut
Popov dkk (1997) orang tua dapat
berperan sebagai :
a.
Educator yaitu bisa menciptakan dan
menyadari adanya teach able moment dalam keluarga.
b.
Autority yaitu bisa mengembangkan
batas-batas normatif.
c.
Guide yaitu bisa share your skills
kepada anak-anak.
d.
Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada
anak ketika mengalami dilema moral.
4.
Penutup
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulkan bahwa pendidikan
lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama tempat anak
didik (siswa) menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota
keluarganya yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak didik, keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan-keterampilan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar.
Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara,
mendidik dan melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sedangkan fungsi dari pendidikan keluarga menurut MI Soelaeman yaitu (1) Fungsi edukatif; (2) Fungsi Sosialisasi;
(3) Fungsi Proteksi; (4) Fungsi Afeksi; (5) Fungsi Religius; (6) Fungsi
Ekonomi; (7) Fungsi Rekreasi; (8) Fungsi Biologis.
Pentingnya pendidikan dalam keluarga sangatlah jelas karena
merupakan wahana pengembangan sumber daya manusia. Di samping itu, tidak
terlepas juga berbagai strategi dalam pendidikan lingkungan keluarga sesuai
dengan tumbuh kembangnya peserta didik, diantaranya :
a.
Bantulah anak untuk menemukan
sendiri tujuan hidupnya.
b.
Bantulah anak mengembangkan perilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.
Jadilah figur ideal bagi anak dalam
berperilaku.
d.
Beri semangat dan gugah hati anak
untuk berperilaku terpuji.
Sedangkan
menurut Popov dkk (1997) dapat
berperan sebagai :
a.
Educator
b.
Autority
c.
Guide
d.
Konselor
4.2
Saran
5. Daftar Pustaka
Nurteti,
Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. Ciamis Jawa Barat:
IAID
Munah, I. “Makalah pendidikan keluarga”(online) http://imeymaemunah.blogspot.co.id/2010/12/makalah-pendidikan-keluarga.html.
(diakses
31 desember 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar